keunggulan dan kekurangan atap bitumen

Keunggulan dan Kekurangan Atap Bitumen

Atap bitumen semakin diminati sebagai pilihan atap di Surabaya karena kemampuannya dalam menghadapi iklim tropis yang lembap dan tidak menentu. Keunggulan utamanya meliputi ketahanan yang tinggi terhadap air, api, dan angin, serta bobot yang ringan yang dapat mengurangi beban pada struktur bangunan, dan perawatan yang relatif mudah.

Namun, terdapat beberapa kelemahan yang harus diperhatikan, seperti biaya awal dan perbaikan yang cenderung lebih tinggi, pemasangan yang memerlukan tenaga ahli khusus, serta kemungkinan bobot berlebih pada jenis tertentu yang kurang sesuai untuk daerah rawan gempa. Secara keseluruhan, “atap bitumen Surabaya” memberikan keseimbangan antara kinerja dan estetika, tetapi perencanaan yang matang tetap diperlukan sebelum memutuskan untuk menggunakannya.

Apa Itu Atap Bitumen?

Atap bitumen, yang juga dikenal sebagai genteng aspal, adalah jenis material atap yang terdiri dari lapisan aspal (bitumen) yang dipadukan dengan serat selulosa atau fiberglass. Biasanya, permukaan atap ini dilapisi dengan butiran mineral untuk meningkatkan estetika serta daya tahan terhadap kondisi cuaca yang ekstrem.

Material ini hadir dalam berbagai bentuk dan warna, mulai dari sirap (shingle) hingga lembaran datar, sehingga memberikan fleksibilitas dalam penerapan desain arsitektur modern yang terus berkembang di Surabaya.

Keunggulan Atap Bitumen CTI Surabaya dari Krida Jaya Sentosa

Berikut ini beberapa keunggulan atap Bitumen yang perlu Anda ketahui. Silahkan baca sampai selesai biar nggak salah pilih atap Anda.

1. Daya Tahan yang Sangat Tinggi

Atap bitumen terkenal karena kemampuannya yang luar biasa dalam menahan air, api, dan angin kencang. Dengan struktur berlapis yang dimilikinya, atap ini membentuk lapisan kedap air yang sangat kuat, sehingga dapat mencegah kebocoran meskipun dalam kondisi hujan lebat dan mampu menahan suhu yang sangat tinggi. Beberapa produk bahkan menawarkan jaminan umur pakai antara 20 hingga 30 tahun dengan garansi pabrik yang cukup panjang.

2. Bobot Ringan dan Stabil

Atap bitumen memiliki bobot yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan genteng beton atau keramik tradisional, yang berkontribusi pada pengurangan beban mati pada rangka atap dan fondasi bangunan. Dengan bobot yang lebih ringan, penanganan material di lokasi menjadi lebih efisien, sehingga mempercepat proses pemasangan tanpa mengurangi kekuatan struktur.

3. Minim Perawatan

Setelah dipasang sesuai standar, atap bitumen hampir tidak memerlukan perawatan rutin yang intensif. Dengan sifat anti-jamur dan ketahanan terhadap korosi, atap ini dapat bertahan lama tanpa perlu sering dibersihkan atau dilapisi ulang, sehingga menghemat biaya dan waktu bagi pemilik bangunan di Surabaya.

4. Kemampuan Meredam Suara

Atap bitumen memiliki kemampuan isolasi suara yang sangat baik, sehingga suara bising akibat hujan lebat atau angin kencang di Surabaya dapat dikurangi masuk ke dalam ruangan. Ini sangat menguntungkan bagi kenyamanan penghuni, terutama di kawasan yang padat penduduk.

5. Banyak Varian Warna

Pilihan warna dan profil atap bitumen yang beragam memberikan kemudahan bagi arsitek serta pemilik properti di Surabaya untuk menyesuaikan gaya bangunan, mulai dari yang klasik hingga yang kontemporer. Fleksibilitas dalam desain ini juga berkontribusi pada peningkatan nilai estetika properti.

Kekurangan Atap Bitumen di Surabaya

Biaya awal dan perbaikan atap bitumen cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan genteng tradisional. Selain itu, penggantian atau perbaikan bagian yang rusak juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, karena membutuhkan material khusus serta tenaga profesional yang terlatih.

Pemasangan atap bitumen harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam sistem aspal, karena kesalahan dalam teknik pemasangan dapat mengurangi efektivitas waterproofing dan memperpendek umur atap. Proses instalasi melibatkan penggunaan perekat aspal panas dan penanganan butiran mineral, sehingga tidak dapat dilakukan sembarangan oleh tukang atap biasa.

Di daerah rawan gempa, beberapa jenis atap bitumen yang memiliki lapisan mineral dapat menambah beban, yang perlu diperhitungkan di zona gempa seperti Jawa Timur, mengingat sifat lentur bitumen yang dapat retak jika struktur bangunan mengalami pergerakan yang signifikan.

Meskipun atap bitumen tahan terhadap panas, paparan suhu ekstrem yang berkepanjangan (lebih dari 60 °C) dapat membuat aspal menjadi lebih lunak, berisiko mengalami penurunan atau perubahan bentuk seiring waktu, terutama jika ventilasi atap tidak memadai.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: