Menulis itu hanya butuh kemauan, kemudian lakukan. Tetapi, kadang orang-orang sering terburu-buru dan kemudian berkata “Saya nggak bisa nulis, Mas. Saya nggak bakat.”
Sekarang saya akan bertanya kepada Anda, apakah menulis itu perlu bakat? Atau menulis itu memang bakat yang dianugrahkan Tuhan sejak lahir?
Saya rasa kok tidak ya.
Jika dipikir-pikir, menulis itu nggak perlu yang namanya bakat. Atau mungkin inilah kelemahan pendidikan di Indonesia yang kurang melatih siswanya untuk terbiasa menulis, atau mencintai tulisan.
Atau mungkinkah sistem pendidikan di Indonesia menyebabkan para siswanya takut dengan menulis? Sehingga ketika kita diberikan tugas oleh guru maupun dosen, ini menjadi momok yang paling menyakitkan.
Uniknya lagi, di kalangan guru maupun dosen, yang pekerjaannya erat sekali dengan yang namanya menulis, itu pun kadang masih menjadi hantu yang menakutkan.
Saya rasa, permasalahan ini cukup menarik untuk dibahas.
Jadi, menulis bukanah soal bakat atau tidaknya.
Alangkah kerennya jika kita berpikir bahwa menulis itu soal keterampilan, kebiasaan yang harus terus dilatih dan diasah secara perlahan.
Artinya, menulis adalah kemampuan yang harus diasah secara rutin.
Untuk bisa menulis, maka harus banyak membaca.
Karena membaca dan menulis merupakan keahlian yang dapat diperoleh dari belajar dan berlatih secara rutin.
Menulis Itu Bukan Soal Bakat, Menulis Hanya Butuh Kemauan, Kemudian Mau Melakukan
Saya yakin, semua orang yang normal pasti memiliki bakat menulis. Kali ini saya akan bercerita sedikit sewaktu masih di sekolah dasar.
Pertama kali saya jatuh cinta, kenal dengan yang namanya cinta. Itu saat saya kelas lima SD. Saya nggak pernah brpikir bahwa saya itu nggak bisa menulis.
Tetapi kenyataannya saya menulis, bahkan mampu merangkai kata-kata cinta yang kemudian saya berikan kepada seseorang saat itu.
Siapa orangnya Mas?
Rahasia. Orangnya sudah menikah dengan pria lain.
Coba Anda bayangkan seseorang yang lagi kesepian. Dia nggak mungkin berpikir apakah dia bisa nulis atau tidak.
Pokoknya, apa yang terlintas dalam benak pikirannya, itulah yang akan ditulis.
Buktinya, Anda sering membuat setatus di Facebook, Whatsapp, Tweeter, dan memberikan komentar-komentar kepada seorang atau sahabat Anda saat Anda sedang kesepian.
Sebenarnya, menulis itu tidak perlu bakat. Meskipun mempunyai bakat yang sama dalam hal menulis, namun perkembangan setiap individu itu berbeda-beda.
Ini bergantung pada lingkungan, juga minat seseorang terhadap menulis yang akan terus mendorong bakatnya dalam hal menulis.
Tentu, minat saja tidak cukup. Minat itu harus dibarengi dengan upaya yang terus menerus. Seperti banyak membaca, banyak bertanya, berpikir, dan berlatih secara rutin tanpa mengenal putus asa.
Memperbanyak Latihan
Setelah mempunyai minat menulis yang cukup, selanjutnya adalah memperbanyak latihan.
Untuk bisa menulis, kita harus berlatih secara berkesinambungan.
Langkah awal yang bisa saya sarankan adalah perbanyak membaca tulisan yang menjadi minat kita.
Saya sendiri mempunyai minat baca ketika saya suka dengan ngeblog.
Sambil membaca, maka kita dapat menyelami, mempelajari dan meniru gaya tulisan banyak penulis.
Setelah kita pelajari banyak gaya tulisan, kita bisa saja meniru gaya tulisan seseorang.
Cobalah pilih salah satu tulisan favorit Anda kemudian bacalah. Tiru gaya bahasanya. Setelah Anda lancar menulis dengan gaya bahasa orang lain, cobalah untuk menulis dari hati dengan gaya tulis Anda sendiri.
Saya yakin, yang akan muncul nanti bukan gaya tulisan orang lagi, tapi gaya tulisan Anda sendiri. Meskipun masih sulit, Anda jangan berputus asa.
Cobalah pelajari lagi gaya tulisan berbagai penulis. Anda imajinasikan dan gabungkan semua gaya tulisan itu dalam angan-angan, lalu cobalah menulis.
Saya yakin akan muncul gaya tulisan yang khas. Tulisan yang benar-benar diri Anda.
Jika merasa masih buruk, jangan menyerah. Latihlah terus, sehingga Anda akhirnya menemukan corak dan gaya menulis yang khas.
Gaya tulisan yang sudah muncul ini harus terus dirawat, dikembangkan dan dipupuk secara berkesinambungan dengan cara terus berlatih menulis tanpa mengenal batas akhir.
Di awal-awal menulis, pasti kita sedikit malu-malu. Tentu saja, karena dulu saya pun demikian.
Seiring dengan seringnya saya menulis, akhirnya saya jadi percaya diri. Tidak malu-malu lagi karena belum tentu mereka bisa menulis atau mau menulis seperti saya.
Anda akan Kecanduan Menulis
Bagi orang yang sudah terbiasa menulis, menulis itu ibarat candu rokok dan kopi.
Jika tidak menulis sehari saja, bisa jadi orang yang kecanduan menulis akan sakit-sakitan. Bingung apa yang mau dilakukan.
Itu akan sembuh ketika kita sudah menulis.
Orang yang sudah sampai taraf ini, menulis itu sudah menjadi kebutuhan, sehingga di manapun, kapanpun ia akan selalu berusaha menulis sesuatu yang ia pikirkan dan rasakan.
Sesibuk apapun ia akan mencari kesempatan untuk menulis sesuatu, meskipun itu hanya satu atau dua kalimat saja. Meskipun nggak penting-penting amat.
Tanpa disadari, menulis itu merupakan suatu proses mengkombinasikan kegiatan membuat sistematika pada proses berpikir, mencurahkan renungan, proses penjiwaan dan kesabaran.
Kesimpulannya, menulis bukan soal bakat atau nggaknya. Tetapi lebih ke mau atau tidaknya. Ketika kita mempunyai minat yang cukup untuk menulis, saya rasa tidak ada kata SULIT untuk Anda menjadi seorang penulis.